Sabtu, 11 Januari 2014

Cinta sang bidadari buat Alfi - 9

Alfi’

“Dari situ aku tahu ternyata ia melakukan itu ia ingin aku memaafkannya karena ia merasa bersalahnya padaku selama ini. Tapi aku tetap tak mengerti mengapa semuanya begitu mendadak?”

“Mungkin saja karena Alfi takut bila terus-terusan tak ia jamahi kamu juga akan berselingkuh sebagaimana halnya Dian dan diriku dulu”jawab Sandra.

“Duh Sand, jika benar demikian aku justru yang merasa bersalah padanya. Susah payah ia men’servis’ku habis-habisan padahal aku sudah berselingkuh dengan Paijo dan ia pasti telah menguras uang tabungannya buat semua ini”

“Hi hi Kalau begitu balik dirimu yang harus memberinya keintiman penebusan buatnya siang ini”

“Iya juga. Aku rasanya tak sabar menantinya pulang sekolah hari ini”

“Beruntung sekali kamu, Nad”

“Eh bagaimana denganmu? Apakah engkau masih ‘virgin’ selama di sana?”goda Nadine

“Kau benar Nad. Aku telah bercinta dengannya semalam”

“Hi hi hi apa kubilang kamu juga pasti menyerah, kan?”

“Apa yang telah engkau lakukan pada anak itu, Nad?. Aku seakan tak melihat lagi sosok Paijo yang kukenal dulu. Anak itu begitu banyak berubah. Tak hanya kemampuan bercintanya yang meningkat hebat namun juga kelakuannya juga semakin baik”

“Hi hi hi hanya sebuah terapi kepribadian, kok. Tapi diselingi dengan percintaan”

“Sebenarnya aku juga heran kenapa aku bisa jatuh kembali ke dalam pelukannya. Aku tak ingin membanding-bandingkannya anak itu dengan Alfi. Yang jelas dia juga punya pesona kuat buat menaklukan banyak wanita. Aku hanya kuatir jika Alfi sampai tahu aku berhubungan lagi dengan rivalnya itu.”

“Ngga usah terlalu dipikirkan, Sand. Anggap saja sebagai selingan selama kita menemani Didiet di kota yang membosankan itu”.

“Iya selingan indah rumah tangga utuh hi hi hi..Eh..Nad, Sudah dulu ya ngobrolnya”

“Lho kok buru-buru amat, sich?”.

“Iya nihh soalnya akuu…”

“Aaa aku tahu! Kamu pasti mau ‘anu’sama Paijo kan?”

“Hi hi hi Memangnya mau ngapain lagi. Gara-gara mendengar ceritamu aku jadi basah!”.

“Iya deh kalau begitu. Selamat bercinta, Sand”



Sorenya

Didiet baru pada sorenya saat Didiet pulang. Ia menemukan istrinya yang molek di atas ranjang tengah digenjot oleh Paijo. Ternyata ia sudah terlambat beberapa jam. Mereka sudah memulainya sejak seusai pembicaraan Sandra dengan Nadine siang tadi. Untungnya pergumulan itu belum juga berakhir. Akhirnya apa yang Didiet inginkan selama ini tercapai juga. Ia dapat melihat bagaimana penis berukuran standar milik Paijo memberi istrinya multiorgasme dalam kurun waktu yang panjang. Wowww!! Didiet terpekik takjub ketika melihat sperma Paijo terpancar balik keluar dari vagina Sandra. Ia tahu multiorgasme Sandra yang menyebabkan itu. Pada kondisi seperti itu liang senggama Sandra menciut secara maksimal sehingga tak ada ruang lagi bagi benda lain selain kontol Paijo. Lalu denyutan demi denyutan yang kuat vagina Sandra menyebabkan seluruh cairan yang berada di dalam akan terpompa lalu tersemprot keluar dari sela-sela tautan alat vital keduanya. Malam itupun ia mendapatkan ‘belas kasihan’ Sandra buat menuntaskan hasratnya melalui persetubuhan dengan istrinya itu. Liang senggama Sandra terasa begitu likat oleh sperma Paijo. Didiet menggigil dalam sengatan kenikmatan sambil membayangkan hisapan dasyat itu yang juga telah menyengat penis Paijo selama beberapa jam ini.

“Kau rasakan itu, Say? Bayangkan betapa sering dia menyiramkan cairan kelaki-lakiannya di dalam tubuhku. Seakan tak pernah ada habisnya meski vaginaku terus meminum-nya …Oughhh” Kata-kata nakal Sandra terus terbisik di telinganya di tengah persetubuhan itu. Sepuluh menit berlalu. Didiet sudah sampai pada akhir pelawanannya. Sandra dapat merasakan itu. Ia mengunci pergerakan penis standar suaminya itu dengan mengerahkan kekuatan otot-otot kewanitaannya.

“Argggg…Sandddd!!” erang Didiet seketika itu juga orgasme dasyat melanda dirinya.

Kukungan fantasinya tak hanya semakin mempercepat terjadinya ejakulasinya namun juga membuatnya menjadi lebih nikmat berkali-lipat. Tubuhnya mengenjan beberapa kali sebelum ia benar-benar hilang kesadarannya di atas tubuh molek istrinya itu. Orgasmenya telah mengakhiri semua ‘percintaan panas’ di malam itu.



Malamnya

“Dit?” tanya Sandra setelah Paijo pindah ke kamarnya sendiri.

“Ya?”

“Mengapa engkau berikan pekerjaan seperti itu pada Paijo?”

“Aku tak pernah menawarkannya. Secara kebetulan saja ia mendengar pembicaraanku dengan temanku di telepon soal itu. Ia sendiri yang justru menginginkan pekerjaan itu. Aku-pun sudah berusaha mencegah dan memberikan gambaran berbagai kesulitan yang bakal ia hadapi di sana. Namun ia tetap bersikeras ingin pergi”

“Kasihan anak ituu…” desah Sandra.

“Sudahlah. Semua itu sudah menjadi pilihannya sendiri. Kita tak dapat memaksakan keinginan kita kepadanya. Mungkin juga ada baiknya untuk sementara waktu ia tak bersama-sama kita. Setidaknya apa yang terjadi antara dia dan engkau selama dua hari ini telah memberinya semangat untuk melanjutkan hidupnya. Sebaiknya beristirahatlah, Say. Ini sudah pukul sebelas. Engkau harus menjaga kesehatanmu demi si ‘kecil’”

Sandra merenungkan ucapan suaminya itu. Ia sendiri merasa aneh mengapa ia menjadi sangat menikmati apa yang terjadi akhir-akhir ini. Terlibat dalam sebuah percintaan segitiga antara dirinya, Alfi dan Paijo di tengah pernikahan anehnya dengan Didiet. Tetapi ia tak dapat memilih hanya salah satu di antara ke tiganya. Dan ia merasa ia tak harus melakukan itu. Ia justru ingin memiliki semuanya sekaligus. Alfi pemuda yang sangat ia cintai dan puja bagai sang dewa cintanya, Lalu Paijo pasangan selingkuhnya yang sekaligus ayah dari janin yang sedang dikandungnya dan yang terakhir adalah Didiet suaminya yang syah yang telah menciptakan semua keliaran ini. Sebuah hubungan yang dianggap sangat janggal bagi kebanyakan orang tetapi Sandra menganggap apa yang terjadi sekarang ini adalah momen terbaik dalam hidupnya. Ia bahagia. Malam ini ia bisa menutup matanya dengan perasaan nyaman.



Pagi-pagi sekali Didiet bangun dan tak melihat istrinya berada di sisinya. Ia pasti pindah ke kamar bocah itu! duga Didiet. Dan benar saja ia menemukan Sandra dan Paijo sedang bergumul di ranjang Paijo. Didiet mengeleng-geleng heran bercampur takjub. Sandra begitu bergairah. Seandainya saja Paijo dan Alfi bisa akur justru semuanya tak memiliki rasa dan warna. Keduanya masih sempat bercinta selama dua jam-an dan berlanjut dengan acara mandi plus bersetubuh bersama di bawah siraman shower sebelum akhirnya semua keintiman itu benar-benar berhenti. Sandra-pun harus bergegas berpakaian dan berkemas buat mengejar keberangkatannya hari itu. Tak hanya itu keduanya masih kerap berciuman di sepanjang perjalanan menuju bandara.

“Say, ini sudah pukul sembilan lewat sepuluh” ujar Didiet mengingatkan. Ia masih harus menunggu Sandra dan Paijo menyelesaikan ciuman perpisahan mereka sesaat sebelum mereka meninggalkan mobil di parkiran. Ia kuatir Sandra akan terlambat karena pesawat akan take off pada pukul sembilan lewat dua puluh lima menit.

“Empp..Ya..”sahut Sandra. Didiet lega akhirnya tautan bibir mereka terlepas juga.

“Dit”

“Ya, Say. Ada apa?”

“Kalian jangan dulu pergi dari sini.”

“Lho, ngapain lagi kami berdua di tempat ini?”

“Kira-kira satu jam lagi penerbangan Dian akan tiba”

“Apa? Dian mau datang kemari?”

“Iya aku yang minta ia kemari.Dan aku juga belum memberitahunya jika ada Paijo di sini” ujar Sandra sambil tersenyum nakal.

“O..oww…Aku tahu Say!..aku tahuu! Dasar! engkau memang kelinci nakalku” Didiet tertawa sambil menggeleng-gelengkan kepala. Memang ia yang memulai setiap keliaran yang terjadi selama ini namun ada akhirnya selalu Sandra-lah yang mengambil alih dan mengendalikannya permainan.

“Nah! Aku sudah berusaha membantu kalian. Selanjutnya tinggal kalian yang berupaya membuatnya betah selama di sini”

Sandra tiba-tiba menahan langkahnya sesaat sebelum masuk melalui pintu sekurity. Ia menoleh ke arah Paijo

“Jo…”

“Iya bu?”

“Engkau mau-kan pulang menemui aku bila kamu sedang cuti?”

“Ohh…buuuu…saya mau bu..saya janji akan datang buat ibu” jawab Paijo dengan senyum kebahagiaan mengembang. Itu berarti yang telah terjadi selama dua hari ini bukanlah sebuah persetubuhan yang terakhir dari Sandra buatnya.

Sandra mengangkat handphone-nya.

“An, kamu jadi kemarikan?” Tanya Sandra agak berbisik karena tak ingin orang di sekitarnya mendengar perkataannya.

“Iya, jadi. Sekarang ini sedang boarding, kok.” Terdengar jawaban Dian dari seberang pembicaraan.

“Apakah Alfi bersama-mu minggu-minggu ini?”

“Tidak sepulang dari singapore aku menginap di rumah ibuku. Rencananya besok aku baru akan menginap di rumahmu.”

“Baguslah jika begitu.”

“Apanya yang bagus, Sand. Tahu ngga saat ini aku sedang h o r n y bangett!. Tetapi engkau justru meminta aku pergi menemani Didiet”

“Entar si Didiet bisa mengantikan keintiman buatmu”

“Hhhhhh!”terdengar helahan lesu Dian.

“Hi hi hi tenang saja dia sudah menyiapkan sesuatu agar engkau ‘bahagia’ selama di sini”

“Benarkah? Memangnya Didiet sudah mulai mengkonsumsi Viagra, ya?” cibir Dian

“Nanti engkau akan tahu sendiri setelah tiba di sini. Aku jamin kamu pasti keget dan puas!”

“Aku jadi penasaran”

“Oya An, apakah engkau jadi menemui Lila buat memasang kembali alat KB-mu?” Seingat Sandra tempo hari Dian berniat memasang alat kontrasepsinya.

“Aku belum sempat, Sand. Tetapi Didiet kan bisa memakai pengaman. Eh, kok mendadak menanyakan itu. Ada apa memangnya?

“Tidak apa-apa”

“Eh, Sand. Sudah dulu ya. Aku sudah mau masuk ke pesawat nih. Dag!”

“Baiklah, dag!” Sandra-pun mematikan handphone-nya lalu melangkah memasuki pintu pesawat seraya tersenyum bahagia.

Alfi sayangg. Tunggulah kakak pulang buatmu!

Tamat




Tidak ada komentar:

Posting Komentar