Sabtu, 11 Januari 2014

Cinta sang bidadari buat Alfi - 2

Hari-hari berlalu dengan tentram. Sandra tak lagi mempermasalahkan lagi urusan Paijo. Tetapi meski demikian ia tetap menjaga jarak dengan anak itu. Hampir setiap malam ia dan Didiet bercinta. Namun hanya sebatas melakukan oral seks. karena Sandra takut akan terjadi masalah terhadap kandungannya. Sementara itu tanda-tanda kehamilannya mulai terlihat. Rasa mual mulai sering ia rasakan. Waktu berjalan hampir dua minggu dan sampai detik ini tak terjadi hal-hal yang dikuatirkan Sandra. Sandra baru bisa bernapas lega karena baik Didiet maupun Paijo benar-benar menunjukan konsistensinya terhadap omongan mereka. Dan yang paling menggembirakan buat Sandra karena lusa ia akan pulang ke kota S.

“Mengapa ia belum juga sarapan?” Tanya Sandra heran pada suatu pagi saat menemani Didiet sarapan.

“Kukira anak itu masih terluka. Bercinta dengan Nadine ternyata tak lantas membuatnya melupakan Surti. Entah bagaimana ia harus melewati hari-harinya setelah ini. Sampai sekarangpun anak itu masih sering menangisi kemalangannya meski ia melakukannya dengan sembunyi-sembunyi. Biarkan saja. Nanti juga ia akan makan kalau ia sudah merasa lapar” ujar Didiet menanggapi.

Sandra menemukan kenyataan bahwa kini Paijo benar-benar telah banyak berubah. Ia jadi sangat pendiam. Terkadang Sandra melihat anak itu sering melamun. Namun ia ragu buat memulai dialog dengan anak itu. Tak lama setelah Didiet pergi Lila menelponnya.

“Hi, La. Ada apa ?”

“Ada yang perlu kusampaikan padamu. Ini berkaitan dengan pemeriksaan kehamilanmu tempo hari”

“Apakah ada kelainan atau …” tanya Sandra cemas.

“Tenang janinmu sehat kok.”

“Hhh! Syukurlah! Aku tadi sudah kuatir kalau-kalau ada masalah dengan janinku”

“Tidak. Aku hanya memberi tahumu bahwa sesuai dengan perhitungan kalenderku saat ini kehamilanmu telah memasuki usia sembilan minggu”

“Apakah tidak salah La? Bukankah seharusnya ini baru akan masuk minggu ke-5?”

“Tidak Sand. perhitunganku akurat untuk itu” tegas Lila

“Minggu ke-9? Ituu. .be rar ti….”

“Ya Sand, Sudah terjadi pembuahan sebelum Alfi ‘mencampurimu’. Dan bisa kupastikan ayah dari janinmu yang sesungguhnya adalah…. Paijo”

Pernyataan Lila sungguh sangat mengejutkan Sandra.

“Tidak mungkinn,La!..A.aku tahu persis aku belum hamil pada saat itu”

“Engkau keliru. Alat test kehamilan yang engkau pakai tak bisa dijadikan patokan.

Usia kandungan ditentukan dari kapan terakhir seorang wanita tak mendapatkan haidnya.”

Hening. Sandra tahu ucapan Lila selalu didukung oleh bukti klinis. Lila tahu saat itu Sandra sedang memikirkan semua yang ia sampaikan barusan.

“Maafkan aku Sand. Aku tak memberitahumu soal ini sejak awal. Aku tak ingin merusak kebahagianmu dan Alfi saat itu. Aku sebenarnya tak ingin hal itu menjadi dilema dan beban pikiranmu namun aku harus tetap harus mengatakannya padamu”

“Tidak apa-apa, La. Aku bisa mengerti. Aku justru berterima kasih atas perhatianmu” ujar Sandra.

Lila sudah melakukan sesuatu hal benar. Ia harus tahu ayah biologis dari janin yang dikandungnya. Sehingga dengan begitu apabila dikemudian hari ada permasalahan yang membutuhkan pertolongan dari sang ayah biologis anaknya, dia tahu harus mencari siapa. Untungnya Nadine memakai kontrasepsi saat bercinta dengan anak itu jika tidak dia juga pasti akan terbuahi oleh Paijo.

“Ada satu berita lagi buatmu, Sand. Namun yang satu ini akan sangat mengembirakan. Aku melihat ada dua janin di rahimmu”

“OHH! K KKEMBARR! Benarkahh, Laa?!”pekik Sandra girang.

“Aku tak mungkin salah lihat. Mudah-mudahan saat engkau pulang nanti kita bisa melihatnya semakin jelas melalui alat USG. Sekali lagi selamat buatmu ya, Sand”

“La, a..akuu tak tahu harus bicara apa. Di satu sisi aku benar-benar bahagia mendapati aku bakal memiliki dua orang bayi namun di sisi lain akupun merasa kuatir jika suatu saat Alfi mengetahui bahwa sesungguhnya bukan dia yang berhasil menghamiliku”

“Menurutku saat ini nikmati saja dulu kebahagiaanmu. Perlahan-lahan kita cari cara buat memberi pengertian pada Alfi. Oya jangan lupa atur menu makananmu sebab janinmu memerlukan asupan nutrisi sejak dini ”

“Terima kasih, La. Oya bagaimana dengan kandunganmu sendiri?”

“Ini sudah masuk bulannya bagi dia lahir. Hmmm…Kira-kira dia akan mirip denganku atau Alfi ya, Sand?”tanya Lila.

“Mudah-mudahan ia lebih mirip ke kamu, La. Biar kalau sudah gede dia ga minder-an sama Alfina dan Fini hi hi”

“Hi hi benar juga katamu. Eh Sand..sudah dulu ya. Aku jadi ingat ada yang harus aku beli buat Fili”

“Fili? Engkau memberinya nama itu? Hi hi Baiklah kalau begitu.. Daagg!”



Setelah menutup pembicaraan Sandra termenung memikirkan semua rankaian kejadian ini. Sungguh tak ia sangka ternyata justru Paijo yang berhasil membuahinya. Tidak tanggung-tanggung, Paijo justru memberinya dua orang bayi sekaligus. Ia benar-benar menjadi serba salah bagaimana harus bersikap kepada anak itu. Soalnya akhir-akhir ini ia telah memperlakukan anak itu secara kurang baik. Lalu bagaimana juga dengan Alfi? Bagaimana reaksinya bila mendengar berita ini. Sandra jadi benar-benar bingung.

“Buu…ibu tidak apa-apa?”

Terdengar seseorang menegurnya.

“Eh ohh kamu Jo. Ya aku tidak apa-apa. Kenapa?” Sandra benar-benar tak menyadari kehadiran anak itu di situ.

“Syukurlah sedari tadi saya sudah memanggil ibu berkali-kali tapi ibu tak menyahut”

“Ohh begitukah? Em ada apa Jo?”

“Saya cuma mau mengembalikan ini sama ibu” ujar Paijo sambil menyodorkan sebuah amplop.

“Apa ini Jo?”

“Itu uang yang dulu ibu kasih ke saya buat istri saya melahirkan. Saya kembalikan ke ibu karena ternyata sudah tidak diperlukan lagi”

“Tak perlu dikembalikan. Jo”

“Tapi buu”

“Simpan saja. Suatu saat engkau pasti membutuhkannya”

“Terima kasih bu. Tapi kalau ibu tak keberatan saya mau titip uang dari ibu ini buat bu de saja.”

Sandra mengeleng-gelengkan kepala. Anak ini tak jauh berbeda dengan Alfi. Agak keras kepala. Namun memiliki hati yang baik.

Bersambung . .  . .




Tidak ada komentar:

Posting Komentar