Sabtu, 11 Januari 2014

Bandung one night stand - 3

Pukul empat pagi kami terbangun karena kedinginan. Kami kembali sama-sama terangsang. Lalu kami bersenggama lagi sampai kami berkeringat dan kelelahan. Pukul setengah enam pagi Santi mengajakku mandi karena jam sembilan ia harus kembali ke Jakarta.

Setelah mengisi penuh bath tub dengan air hangat dan sabun rendam, aku kembali ke kamar dan membopong tubuh Santi ke sana. Ku turunkan dengan perlahan tubuh gadis itu ke dalam bak mandi lalu aku pun menyusul masuk juga. Kuambil spon lalu kami bergantian saling membersihkan tubuh kami dengan sabun mandi. Setelah bersih, aku membuka tutup lubang bath tub itu sehingga air sabun itu terkuras habis, lalu aku mengganti dengan air yang baru. Lalu kami saling berbilas. Shower kunyalakan sehingga kami seolah mandi di bawah air hujan.

Kami saling berhadapan. Kuambil shower dan kubersihkan sisa-sisa busa sabun di tubuh gadis itu. Lalu gantian Santi menyirami tubuhku. Kami melakukannya dengan bergantian.

Ketika aku membersihkan vaginanya, aku kembali terangsang. Perlahan penisku pun ereksi. Santi yang melihat hal itu langsung membelai-belai kemaluanku.

“Kayaknya dia mau lagi tuh,” godanya.

“Ini juga, kayaknya memanggil-manggil agar ini masuk ke sana,” balasku sambil menunjuk penisku dan vaginanya.

“Kita lakukan spontaneous sex yuk,” ajaknya.

“Oke, siapa takut.”

Spontaneous sex itu seks yang dilakukan dengan spontan dan cepat, tanpa pemanasan. Biasanya karena buru-buru, tapi nggak tahan lagi, padahal harus bernagkat ke kantor. Atau karena di lift, jadi horni nggak bisa tahan lagi, ya sudah main saja. Atau… seperti kami ini, sedang mandi, tiba-tiba terangsang lalu…ayo saja…

Kami sama-sama keluar dari air. Kami berpelukan sebentar, berciuman dengan panas lalu sesaat kemudian Santi segera mengambil posisi. Ia membungkukkan tubuhnya dengan berpegangan pada tepi bak mandi dengan paha terbuka. Aku berada tepat di belakangnya. Kuraba-raba sebentar kemaluan Santi.

“Ternyata sudah basah ya,” kataku sambil ketawa.

“Iya, kayaknya anuku nggak bisa tahan lihat anumu berdiri,” balasnya sambil tertawa.

Kugenggam batang kemaluanku dan kuarahkan pada lubang kemaluan Santi. Ia menundukkan tubuhnya lebih rendah lagi sampai menungging, sehingga lubang vaginanya tampak jelas terbuka dan akupun lebih mudah mengarahkan penisku ke sana. Kutekan perlahan dan kudorong dengan lembut, maka amblaslah kemaluanku ditelan kemaluan Santi.

Kupegang pinggang Santi dan aku mulai bergerak maju mundur dengan teratur dan berirama. Kadangkala Santi pun menggerakkan pantatnya maju mundur, sehingga tubuh kami saling beradu.

“Ohhh..yaaahhhhh…ayo…sayang….lebih cepat lagi…” bisik Santi sambil mendesah.

“Oh..yaaaahhhh…” balasku dengan nafas memburu.

Gerakanku semakin lama semakin cepat dan tidak beraturan. Aku sengaja agar permainan itu segera selesai. Dan itu memang inti permainan spontaneous sex. Santi melakukan hal yang sama. Dengan jari-jarinya sendiri ia menggelitik klitorisnya. Dan tak sampai sepuluh menit, Santi sudah menjerit.

“Ohh!! Aku mau keluar sayang….!!!”

“Yeeaahhhh…keluarin saja sayang, aku juga mau keluarrrr….”

Aku terus memburu. Gerakanku makin cepat. Kami saling memacu untuk menuju puncak kenikmatan kami. Tubuh Santi sampai terguncang-guncang. Buah dada gadis itu sampai terlempar ke kanan ke kiri. Tak lama kemudian aku menekan penisku dalam-dalam. Kupeluk tubuh Santi dan kucengkeram kedua buah dadanya dari belakang. Santi juga mendorong pantatnya ke belakang. Terasa penisku menancap begitu dalam di lubang vaginanya.

“Ohh yaaa!!!!” jerit Santi ketika ia mencapai orgasme. Aku pun menyusul beberapa detik kemudian dengan ditandai mucratnya air maniku berkali-kali.

“Hehh..hhh…ohh..yaaahhhhh…” desah suara Santi dengan nafas tersengal-sengal. “Ternyata nikmat juga ya main cepat seperti ini. Kamu memang hebat, Bagas sayang.”

“Kamu juga hebat,” bisikku sambil mengecup pipinya.

Aku melepaskan pelukanku. Kami duduk di tepi bak mandi. Kulihat dada Santi turun naik karena nafas yang tidak beraturan. Tubuh gadis itu tampak sensual dengan bintik-bintik air dan keringat menghiasi sekujur tubuhnya, ditambah rambutnya yang basah tergerai, benar-benar wonderful girl.

“Thanks ya, sayang,” bisik Santi sambil mengecup bibirku lembut.

“Thanks juga,” balasku sambil memeluknya.

“Lain kali, boleh nggak aku minta?” tanya Santi berharap.

Aku tersenyum dan menatapnya lembut. “Mau berapa kali?” tanyaku di telinganya.

“Ratusan,” sahut Santi meniru iklan Wafer Tango.

Kami pun segera berbilas. Setelah berpakaian dan sarapan Santi pun berpamitan. Aku menciumnya sekali lagi sebelum dia pergi.

“CD-nya nggak dibawa?” tanyaku mengulurkan celana dalam yang kemarin kukantongi.

“Nggak usah, buat kamu saja. Biar selalu ingat sama aku,” jawabnya sambil tertawa sebelum membuka pintu dan pergi.

Setelah Santi pergi, aku merebahkan diriku di tempat tidur. Aku mau tidur saja. Tubuhku terasa lelah sekali. Santi benar-benar menguras habis tenagaku. Sebelum tidur aku minum multi vitamin dan STMJ agar nanti bangun tubuhku kembali prima.

Tamat




Tidak ada komentar:

Posting Komentar