Sabtu, 11 Januari 2014

Cinta sang bidadari buat Alfi - 6

“Buka bajuku Kang mas” pinta Sandra tanpa melepas kontol Paijo dari genggamannya sambil sesekali melakukan gerakan kocokan.

Sementara tangan kirinya meraih belakang kepala Paijo dan menarik kepala Paijo buat kembali melakukan ciuman. Bukanlah perkara gampang buat Paijo mempereteli busana tanpa melihat. Di tengah gairah yang membakar hasratnya saat ini jemarinya hanya bisa mengandalkan nalurinya agar pekerjaannya cepat selesai. Alhasil meski agak lama ia berhasil juga menanggalkan semuanya. Yang pertama menjadi sasarannya tentu saja payudara indah Sandra.

“Oughhhhh…”leguh Sandra ketika salah satu putting payudaranya berada dalam kemutan mulut Paijo. Tetapi sedetik kemudian ia langsung menolak kepala Paijo menjauh dari dadanya.

“Jenggg?” Tanya Paijo heran.

“Kangmas aku sudah tidak tahan lagiii…” rengek Sandra. Meski tak biasanya Sandra langsung main tembak seperti ini namun Paijo paham apa yang diinginkan calon ibu dari kedua anaknya itu

Ia mengangguk. Sandra sudah rebah terlentang. Paijo mengatur posisi tubuhnya. Ia masuk di antara ke dua paha montok nan putih istri Didiet itu. Ujung penisnya ia arahkan tepat ke sebuah bukit kecil itu berbentuk bagaikan kue serabi dengan saus lezat meleleh dari bagian tengahnya yang terbelah. Pada detik-detik penyatuan itu pandangannya bertemu dengan Sandra.

“Masukinn sekarangg kanggg mass..Ough!” rintih Sandra semakin tak sabaran sambil berusaha menarik pinggul Paijo ke arahnya.

Akhirnya Paijopun menurunkan pinggulnya. Blessss!!! …

“Arggggg !!!” Sandra dan Paijo terpekik berbarengan saat penyatuan itu berlangsung. Organ intim mereka telah kembali bersatu. Merasakan jutaan sengatan kenikmatan pada kemaluan mereka setelah sekian lama berpisah. Setelah terjadi gejolak hebat dalam rumah tangga Sandra hal itu yang nyaris tak mungkin lagi terjadi.

“Ougghhhhh kangg masssss.!!” Sandra terpekik dilanda orgasmenya yang pertama.

Anak ini telah menuntaskan hasrat dan gairahnya yang telah terkukung selama beberapa minggu ini hanya dalam waktu kurang dari satu menit setelah penetrasi dan ia belum lagi menggerakan pinggungnya. Paijo memang memiliki sebuah kelebihan buat menaklukan banyak wanita di atas ranjang termasuk dirinya. Bahkan Nadine yang kekeuh saja akhirnyapun menggelepar takluk di dalam dekapannya. Hanya saja nasibnya tak seberuntung Alfi. Cuma satu kekurangan Paijo. Penisnya memang tak sepanjang milik Alfi sehingga tak mampu menyentuh dasar vagina Sandra dan Nadine. Namun itu sudah cukup untuk membuat para wanita itu mendapatkan kenikmatan yang begitu tinggi.

“Kang mas kocokin tititnyaa” rengek Sandra setelah orgasme pembukanya tadi mereda. Ia sungguh ketagihan merasakan benda bertintik itu menggelitik seluruh cerukan yang ada di dalam liang intimnya.

Paijo mulai mengocok. Ia lakukan itu dengan begitu lembut kerena ia ingat ada anaknya diperut dalam perut Sandra. Benda hitam legam itu bergerak keluar sedikit namun masuk kembali secara maksimal hingga pubik bertemu pubik. Setiap gerakannya membuat cairan kenikmatan Sandra membanjir. Begitu banyaknya hingga tertumpah-tumpah di seprey. Paijo tak juga menaikan tempo kocokannya. Ia tetap konsisten dalam gerakan lambat nan syahdu. Sementara Sandra semakin menggelepar di bawah tindihannya..

“Argggg kangg masssss.!!”pekik kenikmatan Sandra kembali terdengar. Paijo kembali menekan penisnya dalam-dalam dan menahan gerakannya. Penisnya yang berdenyut-denyut kuat semakin menambah rasa nikmat bagi Sandra saat itu.

“Uhhh…diajeng dapett lagii?”

“Iyaaa kangg masss…. Titit kang mass enak sekaliiii!!.”

Setidaknya persetubuhan itu sudah berjalan lima belas menit ketika Sandra kembali memperoleh orgasmenya yang ke tiga..

“Dicabut sekarang, jeng?” tanya Paijo sepertinya ragu buat meneruskan persetubuhan itu. Ia ingin mengakhirinya karena kuatir akan keselamatan janin di dalam kandungan

Sandra meski ia sendiri belum memperoleh orgasme. Ia sengaja mati-matian bertahan dan mengkesampingkan kepuasan dirinya karena ia ingin wanita yang mengandung anaknya itu terpuaskan dulu.

“Jangan dulu kang mas! Aku masih mau lagi. Lagian Kang mas kan juga belum dapet?” ujar Sandra sambil mengusap dada pemuda perkasa itu dengan jemarinya yang lembut.

“Tapii jeng…”

“Tidak apa-apa kang mas. Kita terus lakukan secara perlahan saja. Aku ingin sekali merasakan denyutan titit kang mas di dalam tubuhku sewaktu kang mas dapet” ujar Sandra. Ia dapat melihat wajah Paijo yang begitu pucat karena menahan ejakulasinya. Ia jadi heran bercampur kagum pada anak ini. Paijo tampak begitu berbeda dengan sosok yang pernah menggaulinya beberapa bulan yang lalu. Paijo yang ini begitu santun bahkan mampu bersikap bagai seorang gentleman.

“Baiklah jeng”

Mereka kembali bergumul. Sandra mulai bisa mengendalikan situasi setelah memperoleh tiga kali orgasme. Ia mulai mempergunakan kekuatan otot-otot panggulnya hingga kewanitaannya. Vaginanya menghisap dasyat penis hitam Paijo.

“Uhhhh! Jengg..enakkk..ekkkk..”rintih Paijo.

“Enakk sayanggg?” tanya Sandra bergairah.

Entah mengapa ia-pun menjadi sangat suka pada rintihan kenikmatan katrok ala Paijo pada saat mereka bersetubuh. Hal itu memancing gairahnya semakin tinggi dalam percintaan ini.

“Iyaaa jeeng enak sekaliii “

“Kalauu beginii sayangg?” goda Sandra sambil melakukan kocokan balasan yang lembut dari arah bawah.

“Arggg jeeng…enakkk!” Paijo semakin terpekik.

Yang dilakukan Sandra barusan bukanlah kocokan yang sederhana. kontolnya mendapatkan tekanan yang besar di dalam situ. Tubuh sintal Sandra dengan tinggi 174 sentimeter membelit tubuh kerempeng Paijo yang hanya 153 sentimeter itu. Menguasai dan mendominasi hampir seluruh bagian tubuh Paijo dan hanya menyisakan bagian lutut hingga ke telapak kaki yang terbebas. Tubuh Paijo bagaikan seekor anak kambing yang tak berdaya di dalam belitan seekor pyton besar. Sandra membelit tubuhnya dan sekaligus menelan bulat-bulat organ vital bocah itu.

Akhirnya anak itu mendekap pinggang Sandra. Sandra mengenali gejala itu. Anak itu sudah akan orgasme. Ia segera melumat bibir Paijo sambil balik mendekapnya. Lalu mengayunkan pinggulnya ke atas dan ke bawah secara kuat. sementara itu bagian kewanitaannya bekerja mencekik dan mengunci erat titit pemuda itu. Paijo terpekik namun suaranya teredam oleh bekapan bibir Sandra. Saat itu ia menerima dua kenikmatan sekaligus dari bagian atas dan…bawah! Penisnya berdenyut keras. Lalu memuntahkan lahar panas dari ujung kepundan lubang pipisnya. croottt!…crottt…crottt!! Mata pemuda itu sempat terbelalak sekejap lalu mendelik selanjutnya terpejam erat. Begitu dasyat orgasme yang melanda Paijo. Tubuhnya ikut terhentak-hentak setiap kali kontolnya memancutkan spermanya.

“Semprotinn..kangmass sayangg…habiskann semua..benih kangmas buatkuu..” desah Sandra sambil menikmati proses orgasme yang di alami Paijo kali ini.

Liang senggamanya begitu penuh oleh titit dan jutaan benih subur Paijo. Gumpalan cairan yang sama dengan cairan yang pernah membuahi rahimnya. Sandra menganggap Paijo memang pantas mendapatkan itu. Ia seakan ingin mengungkapkan rasa terima kasihnya atas dua janin yang berhasil anak itu tanamkan ke dalam rahimnya saat ini. Tubuh mereka terus saling melekat satu sama lain dalam posisi missionary sambil berciuman ketat. Jika dulu Sandra selalu meminta Paijo menjauh agar ia bisa melakukan proses pembuahan namun kini hal itu tak perlu lagi. Sandra membiarkan Paijo meresapi sisa-sisa kenikmatan itu hingga tuntas di dalam dekapan tubuh cantiknya.

“Pejuh kang mas banyak sekalii”ujar Sandra ketika ciuman mereka terlepas.

“Habis tempik diajeng enak sekali “puji Paijo

“Benarkah? Kang mas suka tempikku? masih peret ya?”

“Iya jeng. Peret sekali. Bahkan lebih peret dari punya Surti”

Wow! Lebih peret dari gadis seusia Surti? Sandra jadi melambung mendengar itu. Ia yakin sekali Paijo berkata apa adanya.

“Bagaimana Dian dan Nadine?” Ini kesempatan bagi Sandra untuk mencari tahu mengenai hal itu. Soalnya selama ini Alfi tak pernah mau mengatakannya.

“Bu Dian itu asyik tapi ‘ngisep’-nya ndak sekuat diajeng apalagi kalau dia sudah ‘dapet’. Kalau bu Nadine hampir sama seperti diajeng, tempiknya masih peret sekali meski sudah pernah melahirkan, tapi saya ndak begitu suka sebab dia mintanya selalu yang aneh-aneh. Buat saya tetap punya diajeng yang paling enak”

“Hi hi hi terima kasih kang mas sudah memilih aku” Sandra tersenyum geli.

Ia paham apa maksud Paijo. Nadine memang menginginkan begitu banyak variasi pada saat berhubungan intim. Padahal baik Paijo maupun Alfi lebih suka melakukannya dalam posisi missionari karena posisi ini sederhana, tidak harus retok namun full body contact. Sedangkan Sandra sendiri memang lebih suka posisi itu karena secara psikologis ia merasa di dominasi dan dikuasai oleh pasangannya pada saat persetubuhan berlangsung dan itu memberikannya rasa nikmat yang sangat kuat. Sedangkan Dian kemungkinan saat itu ia memang tak terlalu antusias bercinta dengan Paijo.

“Tapi bu Dian itu manis sekali orangnya” sambung Paijo seakan ia ingin menegaskan bahwa keintiman bukanlah segala-galanya baginya. Ada hal-hal lain yang membuatnya suka akan seseorang.

“Hi hi ketahuan sekarang. Kang mas punya perasaan sama dia kan?”

Paijo tersipu-sipu malu. Memang keisengan Dian tempo hari telah meninggalkan kesan yang mendalam baginya.

“Kang mas pasti kangen sama dia kan?”

“Iya jeng saya kangen sekali sama bu Dian”

“Bagaimana kalau kuminta ia datang kemari menemui kang mas sebelum keberangkatan kang mas ke pulau K?”

“B.benarkah jeng?… tapi… apakah bu Dian mau datang buat saya?”

“Kang mas tenang saja serakan semuanya padaku”

“Baiklah jeng”

Mereka masih terus berdekapan dengan kemaluan Paijo masih menancap ketat di dalam vagina lembut Sandra.

“Kang maasss..”

“Ya jeng?”

“Punya kang mas masih tegang dan berdenyut-denyut di dalam punyaku. Kang mas masih mau ngegituin aku lagi kan?”

“Iya jeng. Aku masih pingin terus ngentot sama diajeng”

“Kalau begitu kita terusin lagi ya kang mas? Berikan rahimku beberapa kali lagi semprotan cinta kangmas”

Bersambung . .  . .




Tidak ada komentar:

Posting Komentar