Minggu, 23 Februari 2014

Terlanjur - 1

Setelah kejadian malam itu di ruang kantor organisasi kemahasiswaan di kampus mereka, perasaan Dhea terhadap Dedi menjadi lain. Walaupun sebenarnya dia sudah menyukai sahabat dari suami temannya sejak lama, namun kejadian malam itu telah mempengaruhi pikiran Dhea bahwa Dhea merasa tidak ada lagi yang bisa dia sembunyikan dari Dedi karena Dedi telah menyetubuhinya bahkan Dhea sangat menikmati kejadian itu, oleh sebab itu mereka memutuskan untuk menjadi sepasang kekasih yang saling mencintai.

Dan demi menjaga dari perbuatan dosa yang berkelanjutan, akhirnya mereka memutuskan untuk menikah seperti yang dilakukan oleh Yanti dan Doni, namun Dhea tetap serumah dengan Yanti dan dedi serumah dengan Doni. Tujuannya agar kuliah mereka tidak terganggu dengan urusan percumbuan yang memabukkan dan melelahkan.

Sejak saat itu Doni dan Dedi selalu berkunjung ke rumah Dhea dan Yanti secara bersamaan. Dan tentu saja sebagai pasangan suami istri yang sah, percumbuan mereka selalu diisi dengan hubungan suami istri yang menggelora. Sehingga suara erangan dan desahan nikmat saling bersahutan antara kamar Dhea dan kamar Yanti.

Pada saat musim UAS tiba, untuk sementara mereka sepakat tidak akan bercumbu, tapi lebih fokus pada ujian agar hasil ujian mereka tidak anjlok.

Pada hari jum’at minggu kedua masa UAS, Doni telah mengikuti semua mata kuliah yang diUASkan, dan sore itu sekitar jam 3 Doni mengunjungi kontrakan Yanti untuk refreshing dari kepenatan ujian dan sekaligus menyalurkan hasrat birahi yang ditunda selama dua minggu.

Maklumlah dalam usianya yang semuda itu tentu saja gairah berahi selalu menyala-nyala susah untuk dibendung.
Tapi begitu tiba di kontrakan Yanti, yang ada hanya Dhea sedangkan Yanti sedang mengikuti ujian yang jadwalnya diubah menjadi sore itu yang seharusnya dia ikuti tadi pagi.

Dengan perasaan yang sangat kecewa, Doni menghempaskan pantatnya di sofa yang ada di ruang tamu. Wajah Doni memerah perpaduan antara rasa kecewa yang mendalam dan dorongan nafsu berahi yang menggebu-gebu yang sudah dibayangkan akan dapat dinikmatinya sejak pagi tadi hingga ia tiba disini.

Dhea yang duduk dihadapan Doni melihat roman wajah Doni yang sedang memerah. Dan Dhea cukup hapal dengan warna merah di wajah Doni, karena ia sering mengintip apa yang Doni dan Yanti lakukan pada saat bermesraan. Warna merah ini menunjukkan bahwa nafsu berahi Doni sedang menggebu-gebu.

Dengan maksud menggoda Dhea berkata pada Doni : “Pengen yach…! Wajah Aa Doni kelihatannya sangat merah seperti yang sudah ‘ngga tahan !”

“Bener nich… , Aa udah ‘ngga tahan, malum udah dua minggu nich..!” jawab Doni dengan suara gemetar dan duduk yang gelisah.

Dhea sangat hapal dengan kegelisahan itu, dan dia tahu persis apa yang akan dilakukan Doni pada Yanti dalam keadaan seperti itu. Membayangkan hal itu, Dhea jadi ingat setiap detil yang dilakukan Doni pada Yanti.

Seerr….. membayangkan itu, tiba-tiba darah Dhea mengalir cepat, Dhea terangsang oleh bayangannya sendiri, apalagi dulu dia sering membayangkan bahwa Doni sedang mencumbunya pada saat dia masih sering mengintip apa yang dilakukan Doni terhadap Yanti.

Seeerrrr…. Kembali darahnya berdesir membuat dirinya semakin terangsang. Sedangkan diapun dalam kondisi yang sama, sudah dua minggu Dedi tidak menyentuhnya, dan sore ini Dedi memang ada ujian hingga jam 5 sore.

Dalam kegelisahannya menahan nafsu berahi, Doni memandang Dhea yang memandangnya termangu seperti melamun, dan secara spontan tanpa dapat mengontrol uacapannya Doni berkata pada Dhea “Kenapa bengong ? Aku ingat tatapan mata ini pada saat kamu telanjang di ruang organisasi saat itu. Badan kamu bagus dan seksi, sama seksinya dengan tubuh Yanti …” lalu “Ups… maaf !!” Doni sadar akan kelancangannya.

Dhea merasa malu… dan untuk menghilangkan rasa malu iapun membalasnya “Dhea juga udah sering melihat tubuh Aa Doni telanjang dan terangsang seperti saat ini. Jadi bagi Dhea, tidak bagian tubuh A Doni yang belum Dhea lihat.

” Ucapan Dheapun sudah mulai tidak terkontrol, karena sebenarnya Dheapun saat ini dalam keadaan sedang sangat terangsang.

“Kalau gitu, Dhea sering dong… , menghayalkan bermesraan dengan Aa..? “ kata Doni semakin nekad. Wajah Dhea memerah malu, dia tidak menjawab namun sorot matanya menunjukkan isyarat bahwa dia menampik atas apa yang diucapkan Doni.

Melihat reaksi seperti ini Doni semakin berani, dia menghampiri kursi panjang yang diduduki Dhea, Dhea hanya diam.

Tangan Doni memegang kedua pundak Dhea, seerr… Dhea merasakan getaran rangsangan yang semakin kuat dalam aliran darahnya, matanya terpejam dan mulut terbuka menikmati rangsangan itu. Bagi Doni, saat ini Dhea terlihat makin cantik dan menggairahkan sehingga merangsangnya untuk mengecup bibir Dhea yang sensual dan menantang.

Seeerrr…. Aliran darah Dhea terkesiap disertai rasa nikmat yang melemparkan kesadarannya semakin jauh, ketika bibirnya dikecup dan dilumat oleh Doni. “Uh….” Dhea mengeluh merasakan nikmat yang menerpa seluruh tubuh dan jiwanya.

Dengan dorongan nafsu yang sudah menguasi dirinya, Dhea membalas kecupan dan lumatan bibir Doni dengan tak kalah bergairahnya, bibirnya menghisap dalam-dalam bibir Doni dan lidahnya menerobos bibir Doni dan mengkait-kait lidah Doni dengan napas yang menggebu penuh nafsu

Rasa nikmat semakin menjalar keseluruh denyut nadi Doni, dengan gairah yang semakin menggebu, tangan kanan Doni merayap ke buah dada Dhea dan menyentuhnya dari luar baju yang dikenakannya.

Tangan kiri Dhea menangkap lengan Doni, Dhea bukannya menyingkirkan tangan itu dari buah dadanya, namun semakin menekankan telapak tangan Doni ke arah buah dadanya dengan gemas dan mata terpejam serta deru nafas yang semakin memburu.

Kesadaran Dhea dan Doni saat sudah hilang entah kemana, yang ada dipikiran mereka saat ini adalah bagaimana menikmati gairah ini semaksimal mungkin.

Doni meramas-remas dan memutar-mutar buah dada Dhea dengan nafsu mengebu-gebu dan Dhea semakin melayang dibuatnya. Merasa kurang puas, Doni membuka kancing baju Dhea satu persatu hingga terbuka semuanya, dan kedua tangannya berusaha membuka kancing kait bh dipunggung Dhea, agak susah….. , Dhea membantu melepaskan kaitan bh tersebut. Buah dada Dhea yang montok dan bulat sekal langsung tumpah memperlihatkan keindahannya dengan putting yang sudah meruncing karena rangsangan yang terus-menerus datang menerpanya.

Mata Doni nanar melihat keindahan itu, mulutnya langsung menyosor buah dada montok dan sekal itu. Bibir Doni menciumi dan menghisap setiap mili permukaan buah dada indah itu dengan nafsu yang semakin menggebu dan nafas yang semakin ngos-ngosan.

Sementara tangan kanan dan kirinya secara kompak mengeksploitasi bagian buah dada Dhea yang tidak sedang diciumi oleh bibir Dobi. “Ouh.. Oh… Aa … Ouh…” mulut Dhea mengerang nikmat dengan kepala terdongak dan mata terpejam.

Ibu jari dan telunjuk tangan kanan Doni memilin-milin putting susu bagian kiri milik Dhea sedangkan bibir dan lidah Doni menghisap dan menjilati putting susu kanan Dhea yang runcing.

Bersambung . . . . .




Tidak ada komentar:

Posting Komentar