Kamis, 13 Maret 2014

Istriku dan Benny di Puncak - 3

Lina menatapku dengan sorot penuh selidik. Lalu tertunduk, seperti sedang berpikir. Lalu kataku, “Kalau ada orang selain Benny, kamu mau?”

Lina menatapku lagi. “Takut ah…kalau orangnya punya penyakit kotor bisa menular nanti.”

“Orangnya kamu pilih sendiri deh,” kataku sambil memperhatikan reaksi istriku.

“Bener nih boleh milih sendiri?” tanyanya canggung.

“Bener.”

“Gak usah jauh-jauh Mas…kalau Troy gimana?”

Aku terkejut. Dia memilih adik kandungku!

Tapi apa salahnya?

“Hmm…pengen nyobain brondong ya?” kataku sambil mencolek pipi istriku.

“Bukan gitu, masalahnya biar rahasia kita gak nyebar ke luar Mas.”

Aku setuju. Troy adalah satu-satunya adik kandungku. Dia masih tergolong abg. Dia tinggal di kota lain dan kuliah di kota itu, baru semester pertama. Usianya memang jauh beda denganku. Saat istriku mengajukan namanya, usia Troy baru 18 tahun.

“Oke!” aku mengangguk sambil memijat no hp Troy.

Lina cuma bengong. Mungkin tak menyangka akan secepat itu.

“Hallo, Mas?” terdengar suara Troy di hpku.

“Gimana sehat Troy?”

“Sehat Mas. Besok libur 3 hari, nanti sore mau ke rumah Mas ya. Kangen sama Bernard. Sudah bisa jalan dia?”

“Sudah dong. Ya udah, nanti sore kutunggu ya.”

“Siap Boss!”

Aku tersenyum mendengar ucapan “siap boss” itu. Memang sejak aku yang membiayai kuliahnya, ia sering memanggilku boss.

“Nanti sore dia datang,” kataku sambil menepuk bahu istriku.

“Secepat itu?” istriku tercengang.

“Kebetulan aja, dia mulai besok libur 3 hari. Jadi mulai nanti malam mau nginep di sini.”

“Terus…aku harus gimana? Masa aku langsungajak Troy begituan?”

“Mmm…gimana ya? Mungkin juga Troy gak mau kalau ada aku….tapi gampang deh…kupasangin kamera cctv aja di kamar, terus aku monitor sambil ngumpet.”

“Terus?”

“Kamu rayu aja dia sampai mau. Bilangin aku gak ada, padahal aku ada di gudang sambil monitor di sana. Hmmm…kebayang nafsunya aku nanti waktu lihat kamu disetubuhi sama si Troy…!”

“Ah…Mas ada aja akalnya….”

Dan itulah yang kulakukan. Dengan sigap kupasang kamera cctv, dengan posisi menghadap ke tempat tidur. Monitornya kusimpan di gudang. Kuambil kursi untuk aku duduk di depan monitor.

Tidak sampai sejam, semuanya beres. Kameranya kusembunyikan di dalam lemari, lalu ada lubang kecil yang langsung mengarah ke tempat tidur. Soundnya kupasang terpisah, mikrofon kusimpan di balik lukisan, untuk memantaunya aku pakai headphone di gudang.

Ketika bunyi motor Troy terdengar memasuki pekarangan, aku sudah duduk di dalam gudang, menghadapi monitor. Lalu terdengar suara istriku menyambutnya. Pada saat yang sama, hpku yang disilent berkedip-kedip. Ada sms masuk. Aku agak kaget, karena sms itu datang dari Yayuk, bunyinya: Mas Janus…aku kok jadi kangen gini sih? Kapan kita ketemuan tanpa mereka? Aku pengin nyantai Mas.

Kebetulan Bang Benny besok mau ke Medan. Mas datang ya ke rumahku besok malam. Jangan takut sama Bang Benny. Aku sudah dapat izin kapan saja ketemu sama Mas Janus boleh. Izinnya cuma dengan Mas Janus, dengan orang lain tidak boleh.

Aku tersenyum sendiri membaca sms itu, lalu kubalas dengan sedikit gombal : Aku juga kangen sama Yayuk…tapi besok aku harus lihat-lihat dulu apakah besok ada kegiatan atau tidak. Aku siap kok….waktu di villa terasa sekali Yayuk itu…hmmm…pokoknya nikmat sekali…!

Yayuk membalas lagi: Ah yang bener? Kirain aku saja yang merasakan seperti itu. Tapi janji ya, selama Bang Benny di Medan, Mas harus datang ke rumahku.

Kujawab lagi: Iya sayang, aku pasti datang!

Waktu smsan itu mataku tetap tertuju ke monitor. Kamarku masih kosong. Mungkin Troy masih ngobrol dengan istriku di ruang depan.

Tak lama kemudian kulihat di monitor sudah ada “kehidupan”. Troy masuk ke dalam kamarku bersama istriku. Cepat kupasangkan headphone di telingaku. Dan terdengar suara mereka:

“Kamar mandi yang di belakang gak ada shower air panasnya, Troy. Makanya enak di kamar mandi yang ini.”

“Iya Mbak. Ohya, Mas Janus kapan pulangnya?”

“Gak tau. Tapi kayaknya sih tengah malam nanti, atau mungkin juga besok pagi langsung ke kantor, pulang ke sini besok sore.”

“Oh gitu…aku mau mandi dulu ya Mbak.”

“Iya. Perlu ditemenin nggak?”

Troy tampak kaget, menatap istriku yang mendadak bersikap centil. “Ah, Mbak Lina…ada-ada saja.”

“Lho…aku nggak main-main kok…”

“Bisa dibunuh aku nanti sama Mas Janus.”

“Nggak lah….nyante aja lagi…”

Troy tampak bingung sesaat, lalu masuk ke dalam kamar mandi yang bersatu dengan kamarku.

Bersambung . . . .




Tidak ada komentar:

Posting Komentar