Minggu, 02 Maret 2014

Bercinta dengan Bambang - 2

“Apa,”sahut Erwin

“Bagaimana kalau kamu juga bantuin aku untuk ngerjain istriku,”kata Hendro

“Aaahh…gila, gak aku gak mau,”seru Erwin terkejut mendengar permintaan Hendro, padahal dalam hatinya ia ingin bertemu dengan Dewi lagi dan melakukan persetubuhan lagi dengan Dewi, tapi tidak didepan suaminya.

“Ayo dong Win, kamu kan sudah kuanggap seperti adikku sendiri, kamukan tahu ceritaku, jika aku berhubungan dengan istriku itu tidak pernah bisa lama, sementara dengan wanita lain aku bisa bertahan, kamu kan tahu kitakan sering main bersama,”Hendro melanjutkan permintaannya

“Iya..tapi aku gak bisa, mas. Gak kubayangkan kita melakukan hal tersebut kepada istrimu, bisa-bisa istrimu mencak-mencak, dan gak kebayang olehku aku bias melakukan hal begituan dengan istrimu sendiri,”kata Erwin.

“Kalau soal istriku gampang aja, kita buat dia terangsang, pakai ini,” kata Hendro sambil memperlihatkan botol kecil berisi cairan.

“Apa itu,”tanya Erwin pura-pura bego, tapi ia tahu bahwa itu adalah obat perangsang yang berbentuk cairan dan sangat ampuh, karena barang itu ia pernah gunakan saat mengerjai Dewi dulu.

“Obat perangsang, Win, obat perangsang dan yang ini kualitas no 1, dijamin ampuh, jadi setelah istriku minum ini, dijamin pasti ia terangsang, dan aku juga ingin melihat dia melakukan seks yang liar seperti wanita-wanita yang pernah kita kerjai,”Hendro menjelaskan

“Terserah mas deh, aku nunut aja, tapi aku takut hubungan kita bakalan berantakan gara-gara ini,”sahut Erwin pura-pura terpaksa, tapi dalam hatinya ia bersorak girang karena ia bakalan dapat merasakan lagi jepitan memek Dewi.

“Gak usah takut Win, hubungan kitakan berantakan gara-gara ini, kan aku yang minta sama kamu, kecuali kamu melakukan hal itu diluar sepengetahuanku, aku penasaran apa istriku bisa liar kalau kukasih obat ini,”kata Hendro

“Terus rencananya gimana,”tanya Erwin

“Gini, kita pura-pura buat pesta untuk mengucapkan selamat atas penunjukkan dia sebagai direktur, dan pesta ucapan selamat bergabung dengan perusahaan ini,”Hendro menjelaskan.

“Masa pesta cuman kita bertiga saja, nanti dia curiga, apalagi kulihat istri mas bukan orang bodoh,”Erwin meragukan rencana Hendro.

“hhhmmmm…bagaimana kalau kita ajak Mira, sekretarisku, kan dia nanti juga akan jadi sekretarisnya istriku,”usul Hendro.

“hhhmmm…boleh, tapi nanti hubungan kerjanya gimana kalau tahu,”Erwin meragukan usulan tersebut.

“Hehehehe…kan dua2nya kita kerjain,”Hendro tertawa sambil mengacungkan botol kecil tadi.

“Terus, siapa lagi,”tanya Erwin.

“Hhmmmm..gak tahu aku, gak mungkinkan kubawa orang kantor yang lainnya,”kata Hendro sambil menggelengkan kepalanya.

“Kalau kuundang si Andri dan …. Hhmmmm…aaahhh… Tomi, bagaimana, biar lebih kelihatan kita melakukan pesta,”usul Erwin

“Andri dan Tomi, dua-duanya kan klien kita, boleh…boleh…tapi kita harus bilang sama mereka tentang hal ini dan kita tegaskan kepada mereka untuk tidak menyinggung atau mengulangi tanpa ada kita,”kata Hendro.

“Pasti, untuk masalah mereka biar aku yang tangani, urusan si Mira, hehehehe.. mas Hendro kan bossnya, jadi tugas mas Hendro,”Erwin menyanggupi untul mengatakannya kepada Andri dan Tomi.

“Beres, akan kuundang Mira, tanpa perlu menjelaskan biar berjalan apa adanya, jadi malam ini kita buat pesta seks kecil-kecilan,”kata Hendro

“Oh ya, kita adakan di kamar hotelmu saja, Win, kamu pindah ke suite yang lebih luas biar lebih enak,”usul Hendro.

“Beres, No problem,”sahut Erwin, sambil langsung menelpon hotel tempat ia menginap untuk minta pindah kamar.

Kemudian Hendro beranjak menuju meja kerjanya diambilnya secarik kertas, terlihat ia menulis sesuatu di atas kertas tersebut sambil menanyakan no kamar hotel kepada Erwin, yang kebetulan saat itu sudah selesai menelpon kehotel tempat ia menginap dan telah mendapatkan kepastian no kamarnya, Erwinpun memberitahukan ke Hendro no kamarnya, kemudian kertas tersebut dimasukkannya kedalam amplop, di depan amplopnya nama Dewi ia tulis, kemudian ia suruh sekretarisnya untuk diberikan kepada Bambang untuk disampaikan kepada istrinya dan juga agar Bambang menunggui istrinya.

“Nanti aku ikut denganmu, Win, begitu juga Mira, biar istriku dijemput Bambang dan langsung menuju hotel,”kata Hendro.

“OK, no problem,”Erwin menyanggupi.

Mereka berdua kemudian pergi untuk makan siang dan kembali lagi ke kantor meneruskan pekerjaan mereka, jam 6 sore mereka bertiga meninggalkan kantor, setelah terlebih dahulu menjelaskan kepada Mira bahwa mereka akan mengadakan pesta kecil untuk menyambut bergabungnya direktur operasional, dan tanpa curiga Mirapun mengikuti Erwin dan Hendro, setelah terlebih dahulu menelpon kepada suaminya dirumah untuk mengatakan bahwa ia akan pulang larut malam karena ada pesta penyambutan direktur operasional yang baru.

Bambang yang mendapat perintah untuk pergi kerumah tuannya itu, dan untuk menunggui istri tuannya yang seksi itu, girang bukan kepalang, hatinya membatin moga-moga ia dapat menikmati lagi tubuh seksi nyonyanya itu, apalagi ia tahu bahwa ia mempunyai waktu luang yang cukup banyak untuk mengentot nyonyanya itu, sekarang jam 11.30 siang, sementara nyonyanya itu harus sudah berada di hotel jam 7 malam, jadi kalau berangkat jam 6 sore dari rumah maka nyonyanya itu akan tiba di hotel jam 7-an malam, otaknya sibuk menghitung-hitung waktu luang yang ia punyai.

Sambil mengemudi mobil menuju rumah Hendro, pikiran Bambang sudah dipenuhi dengan bayangan-bayangan tubuh Dewi yang seksi, kedua payudaranya yang besar, dan lubang memeknya yang sempit, semua bayangan itu membuat batang kemaluannya menggeliat, celananya sesak dirasakan oleh Bambang.

Jam di dinding rumah Hendro menunjukkan tepat pukul 12.15, saat itu Dewi mendengar suara mobil suaminya, Dewi menghela nafas mendengar itu,

“mas Hendro pulang, heeh… untung saja, coba kalau tadi aku manggil Pono atau Yono untuk memuaskan aku, bisa berabe,”batin Dewi.

Saat itu Dewi sedang berada di ruangan keluarga menyaksikan siaran TV, sementara keadaan rumah saat itu memang sedang sepi, para pembantunya jam-jam segini sedang pada istirahat, sementara Yono tadi minta ijin untuk pulang kerumah, dan Pono juga minta ijin untuk ikut dengan Yono, sambil menyaksikan TV Dewipun menunggu kedatangan suaminya Hendro masuk kedalam rumah.

Alangkah kagetnya Dewi saat melihat Bambang yang muncul dihadapannya sambil ketawa cengengesan, dan ia melihat Bambang membawa sebuah amplop.

“Tuanmu mana, Bang? dan itu amplop apa?,” tanya Dewi beruntun.

Bersambung . . . .




Tidak ada komentar:

Posting Komentar